Mengejutkan !!! Diawali dari Mimpi Kuburan Terbelah, Kisah Mengerikan Ini Terkuak...

MANUSIA diliputi dengan syahwat. Maka diturunkanlah syariat dari langit. Supaya makhluk mulia ini, tidak terhina bak binatang. Dengan syariat, maka hubungan antar sesama makhluk diatur, begitu juga hubungan dengan Rabb-nya. Sehingga kita hidup dalam keteraturan yang berbuah pahala.
screenshot_419
Bukan hidup laksana hewan hingga seorang ibu memandang anak kandungnya dengan syahwat. Seperti salah satu kisah yang ditulis ulama dalam kitab mereka. Adalah Kitab Belenggu Nafsu Karya Imam Ibnul Jauzi, yang mengisahkan salah satu kisah menggelikan lagi paling hina ini.
Siapkan waktu anda untuk membaca kisah ini dengan seksama, karena panjang jalan ceritanya, dan begitu mengerikan. Banyak hikmah yang termuat dalam kisah ini.
Imam Ibnul Jauzi meriwayatkan dari Abu Al-Hasan bin Nujaih, dia berkata: Aku diberitahu oleh seorang lelaki yang pernah menjadi temanku. Dulu dia pernah singgah di pemakaman Al-Khauzaran, tepatnya di Kota Baghdad, dia berkata:
“Pada suatu malam aku bermimpi. Seakan-akan aku melihat dari rumahku ada pemakaman di luar sana. Rasanya aku benar-benar seperti dalam keadaan sadar.
Tiba-tiba seluruh kuburan di pemakaman tersebut terbuka. Semua mayat yang ada di dalamnya keluar dalam kondisi kain kafannya sudah hancur, dan penuh debu. Mereka tidak memakai alas kaki dan dalam keadaan telanjang.
Mereka semua berkumpul di salah satu tempat, sehingga tidak ada satu pun mayat yang tidak keluar dari pemakamannya. Mereka menjerit sambal menangis, berdoa dan memohon kepada Allah swt agar mengurungkan pemakaman seorang wanita yang esok hari akan dimakamkan di pemakaman tersebut.
Sepertinya aku telah bertanya (dalam mimpi itu) kepada salah seorang dari mereka, mengapa mereka menginginkan hal seperti itu. Dia menjawab, “Wanita yang besok akan dimakamkan adalah termasuk ahli neraka. Jika dia dimakamkan di daerah pemakaman ini, maka kami akan terganggu dengan suara dan jeritannya ketika dia sedang disiksa. Oleh karena itulah kami memohon kepada Allah agar tidak menguburkan wanita tersebut di daerah kami ini.”
Aku terbangun dari tidurku. Dan tercengang dalam mimpi yang baru saja aku alami. Malam itu terasa berlalu sangat lama. Pada keesokan harinya, aku pergi mendatangi para penggali makam dan bertanya kepada mereka, “Apakah kalian akan menggali makam untuk makam seorang wanita?”
Salah seorang di antara mereka ada yang menunjuk ke sebuah kubah besar yang berada di pemukiman kaum pedagang yang makmur kehidupan ekonominya. Dia berkata, bahwa salah seorang dari istri kaum itu ada yang meninggal dunia.
Dengan demikian, dia disuruh untuk menggali makam untuk menguburkan wanita tersebut. Dan dia telah menggali sebuah liang lahat.
Aku menceritakan mimpiku kepada penggali makam. Mendengar kisah mimpiku, seketika itu juga mereka menimbun kembali makam yang mereka gali. Aku terus memantau kejadian yang akan terjadi pada wanita yang mati itu.
Tidak lama kemudian datang seorang utusan dari kaum itu untuk menanyakan perihal galian makan kepada para tukang penggali lubang. Mereka semua berkata, “Sebenarnya sudah tidak ada lagi tempat yang tersisa sekalipun untuk satu makam. Kami selalu menemukan lumpur ketika menggali lubang, dan itu tidak baik untuk mayat.”
Utusan itu akhirnya memohon kepada penduduk sekitar kuba besar, untuk memberikan sedikit tempat, untuk memakamkan wanita itu. Mereka tidak ada yang mau memberikan ijin.
Hal tersebut diakibatkan karena berita tentang kisah mimpiku telah tersebar luas di kalangan para penggali lubang kuburan. Utusan itu mencari pemakaman yang lain. Dia mendapatkan tanah untuk memakamkan jenazah wanita tersebut di tempat yang agak jauh.
Aku mencari tahu di mana wanita itu dikebumikan. Aku mendapatkan informasi tentang hal tersebut. Aku ikut mengirim jenazah sampai ke makam. Pada waktu itu, yang mengantarkan jenazah sangat banyak.
Hal ini disebabkan karena suami wanita itu adalah salah seorang yang cukup terpandang di daerahnya.
Di belakang jenazah aku melihat ada seorang pemuda berjenggot lagi tampan. Ternyata dia adalah putra wanita yang meninggal dunia. Dia ikut mengirim jenazah ibunya bersama dengan ayahnya. Keduanya kelihatan sangat berduka cita dan sangat sedih dengan musibah yang sedang mereka terima.
Ketika jenazah telah dikebumikan, aku mendekati kedua orang itu sambil berkata, “Sesungguhnya aku telah bermimpi mengenai wanita yang baru saja dimakamkan ini. Jika kalian berdua berkenaan, maka aku akan menceritakan mimpiku kepada kalian.”
Orang tua yang tidak lain adalah suami wanita itu berkata, “Aku tidak ingin mendengar kisah mimpimu.”
Pemuda yang merupakan anak wanita tersebut menghampiriku sambal berkata, “Aku ingin mendengar cerita mimpimu.”
Aku berkata kepadanya, “Mari sini bersamaku! Kita mencari tempat yang khusus hanya untuk perbincangan kita berdua.”
Dia berdiri bersamaku untuk mencari tempat yang sepih. Setelah itu, aku berkata kepadanya, “Sesungguhnya mimpiku itu adalah sesuatu yang amat besar dan berat. Oleh karena itulah aku tidak mampu untuk menanggungnya sendiri.” Pemuda itu berkata, “Katakan saja kepadaku.”
Aku pun menceritakan mimpi yang telah aku alami. Aku bertanya kepadanya, “Kamu harus pandai untuk memilah dan memahami kisah mimpi yang telah aku ceritakan. Selain itu, kamu juga harus membuang hal-hal yang tidak baik dari mimpi tersebut. Akan lebih baik jika kamu menceritakan perbuatan buruk yang selama ini diperbuat ibumu keika masih hidup. Boleh jadi aku bisa menghindari perbuatan-perbuatan tersebut dan menjadikannya sebagai pelajaran.”
Pemuda itu berkata, “Demi Allah, wahai saudaraku aku tidak paham betul dengan perbuatan yang dilakukan oleh ibuku, sehingga mengakibatkan siksa yang amat berat. Yang aku tahu, dulu ibuku memang peminum anggur, suka mendengarkan nyanyian, dan suka mencela wanita. Namun kalua ingin lebih jelas lagi, di rumahku ada seorang wanita tua yang telah berusia sekira 70 tahun. Wanita itu adalah pembantu dan tukang sisirnya. Jika kamu berkenan, aku akan mengajakmu menemui wanita tersebut. Boleh jadi dia bisa memberikan keterangan lengkap dan berharga mengenai perliaku ibuku. Dengan demikian kita bisa menjadikan pelajaran dari hal tersebut.”
Aku berdiri bersama pemuda tersebut, menuju rumah yang ditempati wanita yang meninggal itu. Dia mengajakku masuk ke sebuah kamar. Di dalam kamar tersebut ada seorang wanita yang usianya sudah sangat senja.
Pemuda itu mengajaknya berbicara dan menceritakan mimpi yang telah aku ceritakan kepadanya. Wanita tua itu berkata, “Aku memohon kepada Allah agar mengampuni semua dosa wanita itu. Dia adalah wanita yang sangat menganiaya dirinya sendiri.”
Pemuda itu berkata kepadanya, “Wahai ibu, apakah ibuku masih memiliki dosa yang lebih besar dibanding dengan meminum anggur, mendengarkan nyanyian, dan mencela wanita?”
Wanita tua itu menjawab, “benar wahai putraku. Seandainya aku tidak khawatir menyakiti dirimu, pasti aku telah menceritakan perbuatan-perbuatan buruk yang aku ketahui darinya.”
Wanita tua itu melanjutkan, “Sesungguhnya yang baru saja diceritakan dalam mimpi pemuda ini adalah masih sebagian kecil, dari sekian banyak perbuatan dosa yang aku khawatirkan akan memberatkan siksa ibumu.”
Pemuda itu berkata, “Aku ingin engkau menceritakannya kepadaku semua perbuatan ibuku.”
Aku juga mendukung keinginan pemuda tersebut sambal berkata kepada wanita tua itu, “Beritahukan saja apa yang anda ketahui. Boleh jadi, hal itu bisa menjadi peringatan dan pelajaran bagi kami.”
Wanita itu berkata, “Jika aku menceritakan semua yang aku ketahui, pastilah membutuhkan waktu yang sangat lama.” Kemudian dia menangis dan berkata lagi, “Adapun aku sendiri sebenarnya sudah bertaubat kepada Allah sejak beberapa tahun yang lalu. Aku sejak lama mengharap agar dia itu bertaubat seperti aku. Aku akan memberitahu kalian tentang tiga hal yang telah diperbuat olehnya. Ketiga perbuata inilah yang aku anggap sebagai perbuatan dosa paling besar yang telah dia perbuat selama hidupnya.”
Kami berkata, “Ceritakan saja kepada kami!”
Wanita tua itu berkata kepada pemuda tersebut, “Ibumu termasuk orang yang paling sering dan ulung dalam melakukan perbuatan zina. Tidak pernah sehari pun berlalu kecuali dia memasukkan seorang lelaki atau lebih, ke rumah ayahmu. Semua itu dia lakukan tanpa sepengatahuan ayahmu.
Semua lelaki itu bersenggama dan berbuat mesum bersama ibumu. Dia memasukkan pria-pria tersebut dengan berbagai tipu daya. Sedangkan ayahmu sedang berada di pasar. Ketika kamu telah bertumbuh kembang sebagai remaja yang tampan, aku melihatnya telah memandang kepada dirimu dengan pandangan syahwat.
Aku benar-benar dibuat heran dengan perlakunya itu, sehingga pada suatu hari dia berkata kepadaku, “Wahai ibu hatiku benar-benar telah jatuh cinta dan terpikat dengan ketampanan putraku sendiri. Aku harus bisa bersenggama dan meneguk cinta bersama dengannya.”
Aku berkata kepadanya, “Wahai putriku, takutlah kamu kepada Allah. Masih banyak pria lain yang bisa kamu nikmati kejantanannya.”
Dia berkata, “Tidak aku harus bisa bercinta dengan anakku.” Aku berkata, “Bagaimana caranya, dan bagaimana kamu bisa bercinta dengannya, sedangkan putramu masih dalam usia remaja. Kamu akan membuat aib bagi dirimu sendiri. Lebih baik urungkan saja maksud burukmu itu dengan niat tulus karena Allah swt.”
Dia berkata, “Kamu harus membantuku untuk meluluskan niatku!” Aku berkata lagi, “Apa yang harus aku perbuat?”
Dia berkata, “Caranya adalah dengan menulis sepucuk surat cinta atas nama gadis yang tinggal di samping rumah kita. Berikan saja surat cinta itu kepada putraku. Dengan demikian dia pasti akan membalas surat tersebut.”
Dia juga berkata, “Setelah itu katakan kepada putraku, bahwa gadis tersebut ingin bertemu dengannya hanya saja dia tidak memiliki tempat yang bisa memertemukan mereka berdua.”
Wanita tua itu berkata, “Aku melakukan semua perintah ibumu. Dia berkata bahwa jika kamu juga tidak memiliki tempat pertemuan, maka aku akan mempersiapkan sebuah kamar untuk tempat pertemuan kalian berdua. Ibumu memerintahkan aku menghias kamar itu, memberinya bau wangi-wangian, dan berbagai macam buah-buahan.
Dia juga berkata kepadaku bahwa gadis tersebut masih berusia remaja. Oleh karena itu dia masih malu-malu untuk bertemu denganmu. Namun besarnya cinta gadis itu kepadamu, itulah yang mendorong dia untuk bertemu dengan kekasihnya.
Dia akan datang kepadamu di kamar tersebut pada malam hari, tanpa ada cahaya yang menerangi kalian berdua. Dengan demikian, dia tidak akan merasa malu. Selain itu, cara seperti ini juga untuk menjaga kemungkinan agar kedua orang tuamu tidak mengetahui pertemuan kalian berdua.
Sebab jika mereka melihat ada cahaya di dalam kamar, maka mereka akan curiga. Jika kamu sepakat dengan persyaratan yang telah aku sebutkan, maka taatilah apa yang akan aku katakana kepadamu.”
Wanita tua itu berkata, “Aku melakukan skenario yang telah disusun ibumu. Pada waktu itu, kamu menerima persyaratan yang aku ajukan dan telah menetapkan janji untuk waktu maupun tempat pertemuan.
Aku memberitahukan kepadanya tentang persetujuanmu tersebut. Dia mengenakan baju yang indah, memakai parfum yang memikat dan menyengat. Pada malam itu dia naik ke kamar yang telah aku persiapkan. Kamu juga ikut masuk ke kamar tersebut, ketika itu kamu mengira bahwa gadis tetanggamu yang sedang berada di dalam kamar. Terjadilah apa yang kalian idam-idamkan selama ini.
Kalian berdua bercinta dan bermesraan, sampai hari menjelang pagi. Aku datang untuk membangunkan dirimu. Dan mengakmu turun dari kamar tersebut. Ibumu naik ke kamar itu ketika ayahmu tertidur lelap.”
Ketika beberapa hari kemudian, dia kembali berkata kepadaku, “Wahai ibu demi Allah, aku telah hamil akibat hubunganku dengan putraku kemarin. Bagaimana caranya agar aku terlepas dari masalah ini?” Aku berkata, “Tidak tahu.”
Dia berkata, “Nah, sekarang aku mengetahui caranya.” Dia mengelabui kehamilannya dengan memakai pakaian kurung yang bahkan penampilannya seperti biasa-biasa saja. Ketika waktu kelahiran sudah semakin dekat, dia meminta ijin kepada ayahmu untuk pergi ke rumah ayahnya. Dengan alasan tubuhnya terasa sakit. Dia sangat khawatir jika nanti jiwanya tidak terselamatkan.
Ayahmu memberi ijin untuk pergi ke rumah ke rumah orang tuanya. Ketika telah sampai di rumah orang tuanya, dia berkata kepada ibunya bahwa dia sedang sakit. Aku dan dia masuk ke dalam salah satu kamar di dalam rumah tersebut.
Ketika telah melahirkan bayinya, dia langsung membunuh bayi laki-lakinya tersebut. Dia keluar rumah dan menguburkan anaknya dengan cara yang sangat mahir. Sehingga sama sekali tidak kentara. Dia menginap selama beberapa malam di rumah tersebut untuk kemudian kembali pulang ke rumah ayahmu.
Setelah beberapa hari kemudian, dia kembali berkata kepadaku, “Aku ingin bercinta lagi dengan putraku.” Aku pun menjawabnya, “Celakalah dirimu. Apakah belum cukup menjadi pelajaran bagimu apa yang telah terjadi kemarin?”
Dia berkata, “Tidak, aku harus bisa kembali bercinta dengan putraku.” Dia menyuruhku lagi untuk melakukan tipu daya sebagaimana yang dulu pernah aku lakukan.
Setelah berhasil bersenggama denganmu, beberapa hari kemudian, dia berkata, “Demi Allah aku hamil lagi akibat hubungan kemarin yang telah aku lakukan bersamanya. Demi Allah, ini bisa menjadi malapetaka dan pembuka aibku.”
Dia melakukan rencana seperti yang dulu dia lakukan, yakni meminta ijin kepada ayahmu untuk pergi ke rumah orang tuanya, dengan alasan sakit.
Setelah tiba di rumah orang tuanya, ternyata dia melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat mungil dan cantik. Dia tidak tega untuk membunuh putrinya tersebut. Pada malam harinya, aku membawa jabang bayi itu ke luar menuju ke sebuah kaum yang kehidupannya serba kekurangan.
Aku menyerahkan bayi tersebut kepada mereka, beserta sejumlah harta yang cukup banyak. Aku menitipkan, bayi wanita itu agar mereka mau menyusui, membesarkan, dan merawatnya hingga besar nanti.
Setiap bulan aku selalu datang mengunjungi bayi tersebut, dan memberikan sejumlah uang yang terbilang cukup banyak, untuk biaya perawatannya. Dia sendiri selalu mengunjungi anak tersebut setiap bulan sambal memberikan sejumlah uang yang lebih banyak dari apa yang telah aku serahkan.
Anak itu benar-benar hidup dalam kemewahan dan selalu dimanjakan. Dia mengenakan baju yang mentereng, dan hidup penuh bergelimang harta. Dia sering memandang putrinya seharian penuh dari kejauhan jika merasa sangat rindu kepadanya.
Pada suatu ketika ayahmu melamar seorang gadis untuk dijadikan istrimu, dengan demikian, hubungan gelapmu dengan ibumu terputus sejak saat itu. Dia adalah orang yang paling cemburu melihatmu menikah dengan wanita lain.
Dia benar-benar kehabisan akal untuk berkencan lagi denganmu. Ketika putrinya telah berusia 9 tahun, ternyata kaum yang diamanati untuk mengasuhnya telah menjual anak perempuan tersebut sebagai budak.
Mengetahui hal tersebut, dia langsung mengambil tindakan dengan cara membeli dan memindahkannya untuk tinggal bersamanya. Sejak saat itulah dia bisa menyayangi dan melihat putrinya setiap saat dan kapanpu dia mau.
Anak tersebut tidak tahu, kalau wanita itu ternyata ibu kandungnya sendiri. Dia memberi nama anaknya dengan sebutan kebanyakan orang mamalik (kaum budak). Anak itu tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Dia mengajarinya nyanyi-nyanyian, sampai akhirnya mahir dalam bidang tersebut.
Ketika sudah beranjak usia remaja, ibumu berkata kepadaku, “Wahai ibu, engkau tau betapah besar cintaku kepada putriku. Hanya saja aku tidak mau membongkar rahasia yang telah terutup rapi selama ini. Dan tidak ada yang mengetahui rahasia ini sampai sekarang melainkan dirimu. Puriku telah menjadi gadis yang sangat cantik. Jika aku tidak segera menikahkannya dengan seorang pria, aku khawatir kalua aku tidak bisa mengawasinya lagi. Bisa saja pada suatu ketika, dia akan dipersunting seorang pria untuk kemudian diperjualbelikan sebagai seorang budak. Dengan demikian kehidupan putriku dan perasaanku sendiri akan menderita. Aku telah berpikir bahwa putriku itu sebenarnya adalah hasil hubunganku dengan putraku sendiri. Aku akan mengawinkan putriku dengan putra kandungku.”
Aku berkata kepadanya, “Takutlah kamu kepada Allah. Tidakkah cukup perbuatan-perbuatan dosa yang dulu kamu perbuat?”
Dia berkata, “Tidak. Aku harus melakukan rencanaku ini.” Aku berkata, “Bagaimana caranya?” Dia berkata, “Tulislah sepucuk surat cinta, kemudian bawalah surat tersebut kepada istri putraku. Katakan kepadanya bahwa surat tersebut dari seorang prajurit yang tinggal di samping rumahnya. Sebab dulu keduanya saling jatuh cinta. Ceritakan kepadanya bahwa kekasihnya dulu masih sangat tampan, rayulah dia sampai akhirnya tergoda. Dan berpaling dari suaminya.”
Aku terus merayu dan menggoda istrimu. Mula-mula dia menolak dan tidak menghiraukan bujuk rayuku. Aku terus menerus merayu istrimu sampai akhirnya dia tergoda dengan rayuanku.
Dia membalas surat cinta tersebut dan menulis dengan tangannya sendiri. Aku membawa surat jawaban tersebut kepada ibumu. Dia membuat fitnah di antara istrimu, ayahmu, dan mertuamu. Sampai pada akhirnya, ayahmu meminta supaya kamu menceraikan istrimu, atau meninggalkannya sepanjang hidupmu.
Ayahmu juga memberimu sejumlah uang agar kamu mau mentaati permintaannya. Akhirnya, kamu menceraikan istrimu.
Ibumu langsung menghubungimu sambil berkata, “Janganlah terlalu kamu fikirkan perempuan hina tersebut. Aku akan memberimu seorang budakku yang tercantik. Dia pastilah lebih baik disbanding istrimu yang telah menyeleweng itu. Dia masih gadis lagi shalehah. Sedangkan istrimu itu adalah seorang wanita hina yang tidak memiliki adab. Aku telah merawat dan membesarkan budakku ini dengan penuh kasih sayang. Aku akan menikahkan kamu dengannya. Dan seluruh biaya pernikahan akan aku tanggung.”
Mendengar perkataan ibumu, kamu merasa sangat senang dan semua kesedihan di dalam hatimu hilang seketika itu juga. Kamu menerima tawarannya untuk menikah dengan budak wanitanya.
Wanita itu didandani dengan pakaian dan perhiasan yang sangat indah dan mewah. Dan sekarang dialah yang telah melahirkan anak-anakmu. Dan menjadi pendamping hidupmu selama ini.

Ini merupakan salah satu perbuatan dosa yang kuketahui dari ibumu. Masih banyak lagi perbuatan dosa lainnya. Yang akan aku ceritakan kepadamu.
Pemuda itu berkata, “Sudah cukup, jangan teruskan lagi..! semoga Allah melaknat wanita tersebut, dan tidak melimpahkan rahmat kepadanya. Semoga Allah juga melaknat dirimu bersamanya.”
Dia berdiri sambil menangis dan beristigfar kepada Allah. Dia berkata, “Demi Allah, rumah tanggaku benar-benar hancur. Aku akan segera menceraikan ibu dari anak-anakku (karena masih memiliki hubungan mahram).
Pemuda itu memegang tanganku dan mengajakku berdiri. Hatiku sangat kecewa, karena tidak bisa mendengar kelanjutan kisah yang diceritakan wanita tua tersebut kepada kami. (the end)



Sumber : http://catatan.fajar.co.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Wanita Harap Waspada Jika Warna Darah Menstruasi Berubah-ubah, Ternyata Sangat Berbahaya, Ini Penjelasannya

Wow , 25 Tahun Berkiprah Di Bollywood, Penampilan Kajol Sekarang Bikin Pangling! Masih Ingat Wajahnya Dulu ??

Kota Samarinda Tadi Malam, Tragis Ditembak Calon Kekasih, Begini Nasib Gadis Kasir Indomaret....